Hal-hal yang Perlu Diketahui Dalam Upacara Adat Jamasan Kereta Pusaka

Pembersihan benda-benda pusaka milik Keraton

Daerah Istimewa Yogyakarta memang kental dengan adat istiadat yang turun-temurun dilakukan hingga saat ini. Salah satunya adalah Upacara Adat Jamasan Kereta Pusaka yang dilakukan pada bulan Suro.

Upacara adat ini dilakukan dengan tujuan untuk merawat dan membersihkan benda pusaka yang telah dilakukan turun-temurun sejak ratusan tahun lalu. Untuk lebih jelasnya, yuk, simak artikel tentang Upacara Adat Jamasan Kereta Pusaka di bawah ini.

1. Lokasi upacara jamasan

Hal-hal yang Perlu Diketahui Dalam Upacara Adat Jamasan Kereta PusakaUpacara Adat Jamasan Kereta Pusaka (gudeg.net)

Upacara Adat Jamasan rutin dilakukan oleh para Abdi Dalem Keraton Yogyakarta yang bertempat di Museum Keraton Yogyakarta atau Gedhong Prabayeksa. Tempat pelaksanaan ini berada di lingkungan Keraton Yogyakarta Hadiningrat.

Lokasi ini tentu sudah diketahui oleh masyarakat Jogja sendiri. Tepatnya berada di Jalan Rotowijayan Nomor 1, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta.

Baca Juga: Unik, Ini 5 Fakta Upacara Adat Siraman Pusaka dan Labuhan

2. Makna ritual jamasan

Hal-hal yang Perlu Diketahui Dalam Upacara Adat Jamasan Kereta PusakaUpacara Adat Jamasan Kereta Pusaka (gudeg.net)

Kata "Jamasan" atau disebut dengan "siraman" berasal dari kosakata Jawa yang mempunyai arti memandikan atau membersihkan. Ritual jamasan pusaka merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta dalam rangka membersihkan benda-benda pusaka milik Keraton.

Upacara adat ini bersifat sakral, penerapannya bukan hanya dalam bentuk fisik tapi juga spiritual. Para Abdi Dalem diharuskan untuk berpuasa dan mandi sebelum upacara adat dimulai. Hal ini bertujuan untuk penyucian diri.

3. Prosesi jamasan dan waktu pelaksanaan

Hal-hal yang Perlu Diketahui Dalam Upacara Adat Jamasan Kereta PusakaUpacara Adat Jamasan Kereta Pusaka (gudeg.net)

Prosesi Jamasan di lingkungan Keraton Yogyakarta diawali dengan jamasan pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered, lalu dilanjutkan pusaka lain. Paling menarik perhatian adalah proses jamasan kereta yang dilaksanakan secara terbuka. Setiap tahun hanya ada dua kereta yang dijamas, dengan kereta Kanjeng Nyai Jimat yang mengalami jamasan secara rutin setiap tahun.

Kereta yang diritualkan dalam upacara Adat Jamasan Kereta Pusaka dibersihkan dengan cara diguyur air irisan jeruk nipis dan bunga. Kereta pusaka kemudian dilap dengan kain mori. 

Bagian kaca digosok dengan spirtus, sedangkan bagian kulit dengan minyak kelapa. Setelah pusaka bersih, selanjutnya akan dikembalikan menuju lokasi  penyimpanan.

Dilaksanakan upacara Sugengan sebagai penutup rangkaian jamasan yang dihadiri kerabat Keraton. Acara penutupan ini dilaksanakan di Gedhong Prabayeksa.  

Sementara itu, untuk waktu pelaksaan upacara adat ini dilakukan pada Selasa Kliwon dalam Bulan Suro yang merupakan bulan pertama menurut penanggalan Jawa. Apabila pada tahun tersebut tidak terdapat hari selasa Kliwon dalam bulan Suro, maka ritual jamasan diganti pada hari Jumat Kliwon. 

Sampai saat ini, upacara adat jamasan kereta pusaka masih rutin dilakukan setiap tahun oleh pihak Keraton. Upacara ini memiliki makna spiritual untuk mewakilkan sikap manusia dalam menyambut datangnya periode penanggalan baru.

Baca Juga: Mengenal Upacara Adat Garebeg, Perayaan Keagamaan Islam di Yogyakarta

Topik:

  • Rizna Hidayah

Berita Terkini Lainnya