Unik, Ini 9 Sebutan Anak Sesuai Jumlah Saudaranya dalam Bahasa Jawa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bahasa Jawa terkenal dengan kosakatanya yang beragam. Hampir semua keadaan atau aksi memiliki kata tersendiri dalam bahsa Jawa. Bahkan, tidak jarang kata itu sulit diterjemahkan ke bahasa lain.
Berangkat dari itu, istilah dalam bahasa Jawa pun lebih beraneka ragam. Nah, salah satu ragam istilah tersebut akan menjadi bahasan kita kali ini. Yup, berikut ini ada istilah-istilah bahasa Jawa untuk ragam penyebutan anak sesuai jumlah saudaranya. Penasaran ada apa saja?
1. Ontang-anting dan unting-unting
Pertama, ada sebutan untuk anak tunggal alias tidak punya saudara kandung. Untuk anak laki-laki semata wayang, sebutan yang diberikan adalah Ontang-anting.
Sementara itu, anak perempuan tunggal disebut dengan Unting-unting. Namun, terkadang ada juga yang menyamakan sebutan Ontang-anting untuk anak laki-laki ataupun perempuan.
2. Uger-uger lawang dan kembang sepasang
Uger-uger lawang adalah sebutan untuk anak laki-laki dua bersaudara. Secara bahasa, istilah ini merujuk pada kusen pintu yang berjumlah sepasang. Sementara itu, istilah untuk anak perempuan dua bersaudara adalah kembang sepasang yang berarti sepasang bunga.
3. Cukit dulit dan gotong mayit
Anak laki-laki tiga bersaudara disebut cukit dulit dalam bahasa Jawa. Adapun istilah untuk anak perempuan tiga bersaudara adalah gotong mayit.
Baca Juga: 5 Kata dalam Bahasa Daerah Bangka yang Mirip dengan Bahasa Indonesia
4. Saka panggung dan sarimpi
Selanjutnya, ada saka panggung dan sarimpi untuk anak empat bersaudara. Saka panggung merupakan sebutan untuk anak laki-laki. Sesuai dengan jumlahnya, istilah ini mempunyai arti penyangga (tiang) panggung yang minimal berjumlah empat, yakni pada tiap sudutnya. Adapun Sarimpi digunakan untuk anak perempuan empat bersaudara, seperti komposisi penari dalam Tari Serimpi.
Editor’s picks
5. Pandawa dan pancagati
Pandawa sudah pasti familier di telinga masyarakat. Hal itu bermula dari kisah Mahabarata yang terkenal, baik versi India maupun pewayangannya. Sebutan ini merujuk pada lima putra Pandu Dewanata. Dari sinilah kemudian anak laki-laki lima bersaudara dijuluki Pandawa.
Sementara itu, Pancagati bermakna lima yang penting. Kemudian, kata ini menjadi sebutan bagi lima saudara kandung yang semuanya perempuan.
6. Kedhana-kendhini
Kendhana-kendhini menjadi istilah berikutnya dalam daftar. Sebutan ini disematkan kepada dua bersaudara laki-laki dan perempuan. Jika anak perempuan lahir dahulu, sebutannya menjadi Kendhini-kendhana. Jika yang lahir dahulu laki-laki, sebutannya tetap Kendhana-kendhini.
7. Sendhang kapit pancuran
Sendhang kapit pancuran merupakan julukan dalam bahasa Jawa untuk tiga bersaudara di mana salah satunya perempuan. Lebih khusus lagi, istilah ini digunakan apabila anak pertama laki-laki, kedua perempuan, dan ketiga laki-laki.
Secara harfiah, kalimat Sendhang kapit pancuran berarti kolam atau mata air yang diapit (dua) pancuran. Ini merupakan analogi yang merujuk kepada perempuan dan laki-laki.
8. Pancuran kapit sendhang
Masih berhubungan, Pancuran kapit sendhang merupakan kebalikan dari istilah sebelumnya. Syarat penerapan julukan ini adalah terdapat tiga bersaudara dengan dua orang perempuan sebagai anak sulung dan bungsu, serta seorang laki-laki sebagai anak tengah.
9. Ipil-Ipil dan padangan
Terakhir, ada Ipil-ipil dan Padangan. Dua istilah ini disematkan untuk anak lima bersaudara. Berbeda dengan Pandawa dan Pancagati, komposisi anak kali ini harus terdapat salah satu yang berbeda gender. Jika ada satu laki-laki, sebutan Ipil-ipil bisa disematkan. Adapun Padangan disematkan bila salah satunya perempuan.
Itulah 9 sebutan untuk anak dalam bahasa Jawa. Perlu kalian tahu, semua istilah ini bersumber dari tradisi Ruwatan dan kisah pewayangan, lho. Unik dan menarik sekali, ya?
Baca Juga: Mirip Bahasa Indonesia, 6 Kata Ini Berbeda Arti dalam Bahasa Banjar
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.