6 Fakta Jalan Gejayan Jogja, Pusat Demo dan Klaster Distro

Jalan Gejayan punya cerita panjang dan sejarah berdarah 1998

Kamu yang pernah tinggal atau masih menetap di Daerah Istimewa Yogyakarta pasti tak asing lagi dengan Jalan Gejayan. Ruas jalan yang berada di perbatasan Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta ini nyaris tak pernah sepi manusia terutama dari kalangan mahasiswa. Namun ternyata, Jalan Gejayan bukan sekadar jalan biasa, loh. 

Ada beragam fakta soal Jalan Gejayan yang menarik untuk dikulik, seperti enam hal yang akan diulas bersama di bawah ini. Mulai dari tragedi berdarah yang menewaskan satu mahasiswa sampai lokasinya yang strategis dekat dengan beberapa perguruan tinggi, yuk, simak ulasan lengkapnya berikut!

Baca Juga: Gejayan, Saksi Bisu Aksi Mahasiswa Yogyakarta Mei 1998

1. Saksi bisu demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa tahun 1998 yang menuntut reformasi

6 Fakta Jalan Gejayan Jogja, Pusat Demo dan Klaster DistroPeristiwa Gejayan 1998 (twitter.com/jogjaupdate)

Pada tahun 1998, terjadi sebuah gerakan besar yang dilakukan oleh mahasiswa. Gerakan ini menjadi cara  mahasiswa Yogyakarta menunjukkan keberaniannya. 

Mereka menyuarakan penuntutan reformasi dan turunnya rezim Soeharto. Mahasiswa yang datang dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta pada 8 Mei 1998 menyampaikan keprihatinan atas kondisi perekonomian yang dilanda krisis moneter, menolak Soeharto sebagai presiden kembali, memprotes atas kenaikan harga, dan mendesak untuk dilaksanakannya reformasi.

Demonstrasi tersebut berakhir ricuh. Bahkan mengakibatkan satu orang mahasiswa meninggal dunia, bernama Moses Gatotkaca. Nama Moses pun diabadikan sebagai nama jalan di area kampus Universitas Sanata Dharma tersebut. Menurut Sanny Nofrima dan Zuly Qodir dalam Gerakan Sosial Baru Indonesia: Studi Gerakan Gejayan Memanggil 2019 (2021:5), ini adalah mula dari adanya gerakan Gejayan Memanggil. 

2. Terus menjadi lokasi demonstrasi pasca-reformasi

6 Fakta Jalan Gejayan Jogja, Pusat Demo dan Klaster DistroAksi massa #GejayanMemanggil saat pandemik COVID-19. (IDN Times/Siti Umaiyah)

Menurut Nofrima dan Qodir (2021:6) dalam jurnalnya, setidaknya ada tiga demo lainnya yang berlangsung pada tahun 2004, 2005, dan 2019 di jalan tersebut. 

Untuk demo tahun 2004 dilakukan oleh beberapa organisasi mahasiswa seperti HMI Cabang Yogyakarta dan Front Pejuang Rakyat Miskin (FPRM). Demo ini dilakukan untuk mengkritisi peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang hanya menjadi seremonial. 

Sementara demo tahun 2005 yang dihadiri oleh HMI MPO Yogyakarta dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM-KM UGM) yaitu menentang rencana pemerintah Republik Indonesia akan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan per 1 Oktober 2005 dan perombakan tim ekonomi di dalam kabinet pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dan pada tahun 2019 menjadi aksi demonstrasi terbesar di Jalan Gejayan karena dihadiri oleh 15 ribu massa. Aksi yang disebut dengan Gejayan Memanggil tersebut memiliki tiga titik kumpul, yaitu gerbang utama Kampus Sanata Dharma, pertigaan revolusi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dan Bundaran Universitas Gadjah Mada. 

Diinisiasi oleh mahasiswa-mahasiswa di Yogyakarta, hal yang disuarakan oleh para demonstran adalah menolak pelemahan KPK, pembungkaman terhadap aktivis, menggugat RKUHP, mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, mengadili perusak lingkungan, menolak pasal problematis RUU Pertanahan, dan menolak pasal bermasalah dalam RUU Ketenagakerjaan.

3. Lokasi strategis tempat kampus-kampus besar berdiri

6 Fakta Jalan Gejayan Jogja, Pusat Demo dan Klaster DistroUniversitas Sanata Dharma di Jalan Gejayan (usd.ac.id)

Mengutip dari Sanny Nofrima dan Zuly Qodir dalam Gerakan Sosial Baru Indonesia: Studi Gerakan Gejayan Memanggil 2019 (2021:7), Gejayan Memanggil di tahun 2019 berawal dari media sosial yang kemudian menjadi trending di Indonesia. Dari media sosial inilah kemudian berhasil menghimpun massa sampai 15 ribu orang yang berasal dari masyarakat sipil dan mahasiswa. 

Tentunya bukan hal yang sulit mengumpulkan masa dari kalangan mahasiswa di Jalan Gejayan. Hal ini karena Jalan Gejayan merupakan lokasi yang strategis sehingga mudah diakses oleh beberapa kampus beken di Yogyakarta. Misalnya seperti Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Kristen Duta Wacana. 

Selain itu setidaknya ada tiga kampus yang berlokasi di Jalan Gejayan. Yaitu Universitas Atma Jaya, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Sanata Dharma.

Baca Juga: 5 Alasan Yogyakarta Dijuluki Kota Pelajar, Bikin Kagum!

4. Sebelum tahun 1946, Gejayan adalah sebuah kalurahan

6 Fakta Jalan Gejayan Jogja, Pusat Demo dan Klaster Distroilustrasi Jalan Gejayan (instagram.com/ngestiwuryantoro)

Tidak banyak yang tahu bahwa Gejayan dulunya adalah nama kalurahan. Hal ini terjadi sebelum tahun 1946, ada empat kalurahan yang masing-masing adalah Kalurahan Kentungan, Kalurahan Manukan, Kalurahan Gorongan, dan Kalurahan Gejayan. 

Kemudian berdasar maklumat pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, keempat kalurahan tersebut digabung menjadi satu wilayah yang diberi nama Condongcatur. Kalurahan Condongcatur kemudian diresmikan berdasarkan Maklumat Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan Daerah-daerah Kalurahan. 

Pertumbuhan penduduk di Kalurahan Condongcatur dikatakan tinggi melihat lebih banyaknya warga yang datang atau masuk, alih-alih yang pindah atau keluar wilayah. Selain itu adanya kampus-kampus yang berdiri di sekitar wilayah ini mencatatkan banyaknya pendatang yang tak lain adalah mahasiswa yang akhirnya menetap dalam jangka waktu tertentu.

5. Salah satu klaster distro yang cukup ramai peminat

6 Fakta Jalan Gejayan Jogja, Pusat Demo dan Klaster Distroilustrasi belanja (pexels.com/cottonbro)

Jalan Gejayan menjadi salah satu klaster distro di Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman, yang cukup ramai  dan diminati. Menurut Ika Wulandari dan Dodi Widiyanto dalam Analisis Pola Distribusi Klaster Distro di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman (2016:5), distro yang berada di Jalan Gejayan memiliki pola menyebar dan berlokasi di dekat perguruan tinggi. 

Dulunya, jumlah distro yang berlokasi di Jalan Gejayan cukup banyak. Namun melansir jurnal di atas, kini mulai banyak yang tutup atau pindah lokasi. Hal ini karena di Jalan Gejayan yang dekat perguruan tinggi menyebabkan tingginya juga pada harga sewa.

6. Berganti nama menjad Jalan Affandi sejak 2007

6 Fakta Jalan Gejayan Jogja, Pusat Demo dan Klaster DistroMuseum Affandi (instagram.com/ronijon_)

Sejak 20 Mei 2007, nama Jalan Gejayan resmi berganti nama menjadi Jalan Affandi. Buat yang masih asing atau belum tahu siapa Affandi, beliau adalah seorang seniman asal Yogyakarta yang karyanya sudah mendunia.

Pergantian jalan Gejayan menjadi jalan Affandi ini bukan tanpa alasan. Melainkan sebagai bentuk penghargaan Pemkab Sleman kepada Maestro Affandi yang sudah mengharumkan nama bangsa dengan lukisan-lukisannya. Pada saat peresmian tersebut, diadakan karnaval dengan jumlah peserta sampai 100 orang dengan menggunakan becak, andong hias, juga menampilkan kesenian reog sampai jathilan.

Wah, sekarang jadi tahu ‘kan kalau Jalan Gejayan memiliki perjalanan dan cerita panjang yang tak sembarangan? Bukan sekadar untuk lalu lintas kendaraan, Jalan Gejayan juga menjadi tempat untuk 15.000 orang menuntut keadilan pemerintah, sampai menjadi pusat belanja barang fashion kekinian sampai detik ini. Kalau kamu, punya kenangan apa nih di Jalan Gejayan?

Baca Juga: Sejarah Jalan Malioboro, Ikon Yogyakarta yang Punya Makna Mendalam

Dyar Ayu Photo Community Writer Dyar Ayu

Jalan-jalan mencari penyu Alabiyu~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya