Tagar Blacklivesmatter dan Papuanlivesmatter Menggema, Ini Faktanya 

Masalah rasisme menjadi pekerjaan besar untuk diselesaikan

Saat membuka media sosial pada Selasa dan Rabu (2-3/6), kamu bakal melihat warganet ramai-ramai mengunggah sebuah foto hitam dengan tagar #blackoutday, #blackouttuesday, dan #blacklivesmatter. Selain itu warganet Indonesia juga ramai mengunggah tagar #papuanlivesmatter.

Apa arti dan perbedaan dari setiap tagar yang kini viral tersebut? Apakah sudah tepat sasaran pesan yang ingin disampaikan melalui foto dan tagar tersebut? Berikut fakta-faktanya.

Baca Juga: 15 Potret Aksi Protes Kematian George Floyd di Berbagai Kota di AS

1. Mengunggah foto hitam berawal dari gerakan di industri musik

Dilansir dari wired, awal mulanya tagar dan unggahan berwarna hitam ini justru datang dari industri musik. Akun Instagram @pausetheshow yang pertama melakukannya. Akun ini dibentuk oleh Jamila Thomas dan Brianna Agyemang yang sama-sama bergerak di industri musik serta berkulit hitam.

Melalui unggahan Twitter-nya, mereka memulai gerakan ini dengan tagar #TheShowMustBePaused dengan mengunggah imbauan untuk merespon kasus warga kulit hitam Amerika Serikat, George Floyd.  Mereka mengajak pelaku industri musik untuk berhenti sejenak pada hari Selasa (2/6) sebagai bentuk solidaritas karena banyak warga kulit hitam turut menggerakkan industri musik.

Tak lama kemudian ide gerakan ini menyebar ke luar industri musik. Kylie Jenner mengunggah foto kotak hitam dengan potongan kata-kata dari Martin Luther King Jr. ke feed Instagram-nya.

Begitu pula Fenty Beauty, merek peralatan kecantikan milik Rihanna, mengunggah foto kotak hitam bersama dengan pemberitahuan bahwa mereka tidak akan beroperasi pada tanggal 2 Juni beserta dengan tagar #blackouttuesday yang menjadi viral.

2. Warganet salah menggunakan tagar, sehingga gerakan ini menuai protes

Akibat gerakan ini, semakin banyak orang yang mengikutinya dengan mengunggah foto kotak hitam. Namun tidak hanya tagar #blackouttuesday seperti yang dilakukan akun Fenty Beauty, namun tagar #blackoutday dan #blacklivesmatter juga turut dituliskan pada unggahan foto hitam oleh para warganet. Padahal ketiga tagar tersebut memiliki sejarah yang sama sekali berbeda.

Jika tagar #blackouttuesday adalah untuk unggahan foto kotak hitam ini, tagar #blackoutday justru adalah gerakan di tahun 2015 dari ide seorang pengguna Tumblr yang mengunggah foto-foto orang kulit hitam di web tumblr.theblackout.org.

Dilansir dari majalan online newyorker.com, tagar #blacklivesmatter sendiri sudah ada sejak tahun 2013 sebagai gerakan yang berasal dari kekecewaan seseorang bernama Alicia Garza karena bebasnya warga kulit putih Amerika Serikat bernama George Zimmerman dari kasus penembakan warga kulit hitam bernama Trayvon Martin. Tagar ini kemudian menjadi sebuah gerakan internasional yang menentang kekerasan kepada orang kulit hitam.

Jika kita memasukkan tagar #blacklivesmatter di sosial media, kita akan melihat foto-foto orang kulit hitam dan orang kulit putih yang hidup berdampingan, namun saat ini tagar tersebut justru dicemari dengan foto kotak hitam dari gerakan #blackouttuesday akibat warganet salah menggunakan tagarnya.

Akibatnya, gerakan #blackouttuesday kena protes karena justru menutupi pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh gerakan #blacklivesmatter dengan foto-foto berwarna hitam.

"Ini kontraproduktif. Tolong pahami apa yang akan kamu lakukan sebelum kamu benar-benar melakukannya (mengunggah foto kotak hitam). Kuatkanlah suara warga kulit hitam tanpa membungkam gerakannya," unggah akun Twitter @makeupbyshaniah yang menampilkan hasil pencarian #blacklivesmatter di Instagram-nya penuh dengan foto kotak hitam.

Baca Juga: Siapa George Floyd, Pemicu Aksi Unjuk Rasa Besar-Besaran di AS?

3. Akun @pausetheshow melakukan klarifikasi

Mengetahui banyaknya protes karena menutupi gerakan yang sudah berjalan sebelumnya, akun @pausetheshow pun membuat klarifikasi. Melalui unggahannya, akun ini mengatakan bahwa tujuan gerakan yang mereka buat bukan untuk menutupi gerakan sebelumnya. Serta mengimbau warganet agar menggunakan tagar #blacklivesmatter sesuai dengan kampanye sebenarnya atau menuliskannya tanpa tagar agar tidak menutupi pesan penting dari gerakan tersebut dengan foto-foto kotak hitam.

4. Warganet Indonesia justru menggaungkan tagar #papuanlivesmatter

Saat dunia internasional dihebohkan dengan tagar #blackouttuesday, #blackoutday, dan #blacklivesmatter, warganet Indonesia justru menggaungkan tagar #papuanlivesmatter.

Tagar ini mengajak warganet Indonesia untuk melihat kembali masalah serupa di Indonesia yang menimpa saudara kita dari Papua. Salah satunya oleh akun Twitter @itsalkern yang mengajak warganet dan influencer sadar bahwa masih banyak tragedi kekerasan yang terjadi kepada orang Papua sehingga sebaiknya tidak hanya menggaungkan tagar #blacklivesmatter namun juga #PapuanLivesMatter.

"Jika kalian ngerasa ga adil dengan tragedi di united states , di papua juga terjadi , oknum militer dan polisi juga ngelakuin hal yang sama kepada 243 jiwa bahkan anak-anak," tulisnya melalui utasan Twitter.

Warganet ada yang mendukung namun ada juga yang menganggap tidak ada salahnya menggaungkan isu yang sedang hangat di dunia internasional karena pada dasarnya ini sama-sama masalah hak asasi manusia dan moral.

"begini, jadi sekarang ini yang lagi rame itu masalah isu rasisme di amerika, dan ga ada salahnya influencer speak up  tentang itu karena ini bukan sebatas masalah US/indo tapi ini tentang basic human rights (hak asasi manusia)/moral decency (kesusilaan moral) dan sebagai sesama manusia we must acknowledge it at least (setidaknya kita harus mengakuinya)," tulis akun @wiwinsryn menanggapi.

Baca Juga: FIFA Dukung Solidaritas Pemain Bundesliga untuk George Floyd  

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya