KuaEtnika Tampil di Ngayogjazz 2019, Kendang Djaduk Jadi Pemanis

Didi Kempot dan Soimah tampil tanpa tetabuhan kendang

Sleman, IDN Times – Malam sudah larut ketika KuaEtnika tampil di Panggung Gendheng Ngayogjazz 2019, Sabtu (16/11) sekitar pukul 23.30. Sebelum menggenapkan janji untuk berkolaborasi dengan duo penyanyi campur sari Soimah dan Didi Kempot, kelompok musik bentukan seniman multitalenta, almarhum Djaduk Ferianto, memimpin kolaborasi dengan seluruh penonton di panggung utama. Lewat vokalisnya, Silir Pujiwati, KuaEtnika memandu semua yang hadir menyanyikan lagu Indonesia Pusaka.

Penonton yang semula duduk di lahan persawahan yang mengering usai dipanen  langsung berdiri. Menyanyi dengan cukup hikmat bersama Silir.

Mereka tampil dengan pakaian serba hitam sebagai penanda berkabung. Diikuti Didi Kempot yang berkemeja hitam dan Soimah yang mengenakan atasan hitam berpola warna kuning.

Sementara di sela penampilannya, Soimah sempat berteriak.

“Kok ada musik yang kurang. Mbok ditabuh Pak Djaduk!” teriak Soimah sembari menuju ke arah seperangkat kendang di sisi kiri depan panggung. Ia pun menabuh sekali kendang itu.

Dan posisi di belakang kendang itu nyaris luput dari perhatian penonton. Posisi penabuh kendang KuaEtnika sengaja dibiarkan kosong. Hanya seperangkat kendang dan mikrofon yang sepi tanpa penabuh seperti hiasan panggung. Lantaran yang biasa menabuhnya adalah Djaduk sendiri.

“Memang sengaja dikosongi. Sebagai bentuk penghormatan untuk Mas Djaduk,” kata salah satu Board of Creative, Bambang Paningron usai konferensi pers lalu kepada IDN Times.

1. Tompi manggung lagi di Ngayogjazz 2019

KuaEtnika Tampil di Ngayogjazz 2019, Kendang Djaduk Jadi PemanisPenyanyi jazz Tompi tampil di Ngayogjazz 2019 di Dusun Kwagon, Sleman, 16 November 2019. IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Suara Tompi khas. Tinggi melengking dengan cengkok yang sulit ditiru. Begitu komentar MC di panggung utama, Bambang Gundul.

Malam Minggu lalu, penampilannya menjadi penanda bagi penonton untuk bergegas memadati area panggung utama. Beberapa lagu andalan yang pernah hits dinyanyikannya di hadapan penonton Ngayogjazz. Ada Sedari Dulu, Menghujam Jantungku. Juga bonus Balonku.

Bukan tahun ini saja Tompi manggung di Ngayogjazz. Tahun lalu pun sepanggung berduet dengan musisi jazz kawakan, Margie Seegers dan Idang Rasjidi. Tampil dengan kaos bergaris dan bertopi, Tompi sempat memuji kemeriahan Ngayogjazz meskipun tanpa Djaduk.

“Mas Djaduk tentunya senang melihat dari sana,” kata musisi sekaligus dokter bedah plastik itu sembari menunjuk ke atas.

2. Arp Frique mengajak berdansa

KuaEtnika Tampil di Ngayogjazz 2019, Kendang Djaduk Jadi PemanisMusisi asal Belanda, Arp Frique dan teman-temannya menyemarkan Ngayogjazz 2019 di Dusun Kwagon, Sleman, 16 November 2019. IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Tampil perdana di Ngayogjazz 2019, musisi asal Belanda, Arp Frique penuh kejutan. Bersama kelompoknya, Frique tak hanya membuat penonton terpesona dengan ritme musiknya yang tak henti menggoda untuk bergoyang. Namun sekaligus membuat penonton terpukau dengan gerakan tubuhnya. Setidaknya yang dijanjikan Deputi Direktur Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis, Joyce Nijssen saat konferensi pers 14 November 2019 lalu terbukti.

“Musik Arp Frique mengajak orang ikut berdansa,” kata Joyce.

Energi untuk manggung pun luar biasa. Hingga tak terhitung berapa lagu yang telah disajikannya malam itu. Membuat Bambang Gundul dan Mama Lussy geleng-geleng kepala.

"Musiknya rancak. Sampai kami gak tahu itu lagu keberapa," kata Bambang.

Baca Juga: Tanpa Djaduk, Ngayogjazz 2019 Haru dan Lucu Menjadi Satu

3. Soimah bikin meriah dengan yel-yel Cendol Dawet

KuaEtnika Tampil di Ngayogjazz 2019, Kendang Djaduk Jadi PemanisBiduan Soimah berkolaborasi dengan KuaEtnika di Ngayogjazz 2019 di Kwagon, Sleman, 16 November 2019. IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Soimah tampil dengan riasan minimalis dan sederhana. Kostumnya pun hanya blus batik dengan bawahan celana panjang. Rambutnya dikuncir satu dengan selipan kepangan di sisi kiri dan kanannya.

Lagu kolaborasinya malam itu tak hanya campur sari. Soimah juga menyanyikan lagu musisi negeri tetangga Malaysia, Di Sana Menanti Di Sini Menunggu-nya UK’s, juga lagu lawas berbahasa Inggris, Just The You Are yang dipopulerkan Billy Joel.

Dan yang mengejutkan ketika biduan yang mampu menyanyi dengan intonasi tinggi dan suka berteriak itu menyanyikan lagu Pamer Bojo-nya Didi Kempot. Penonton sontak berdiri dan serempak membalas ketika Soimah melontarkan yel-yel Cendol Dawet.

Cendol dawet cendeol dawet seger

Cendol cendol dawet dawet

Cendol cendol dawet dawet

Cendol dawet seger piro…lima ngatusan

Terus gak pake ketan

Ji ro lu pat nem pitu wolu…

Dan geeer... penonton dan Soimah pun bikin meriah.

4. Didi Kempot nembang Banyu Langit dua kali

KuaEtnika Tampil di Ngayogjazz 2019, Kendang Djaduk Jadi PemanisDidi Kempot berkolaborasi dengan KuaEtnika di Ngayogjazz 2019 di Dusun Kwagon, Sleman, 16 November 2019. IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Didi Kempot sebagai penutup panggung menjadi magnet penonton malam itu yang rata-rata didominasi para Sobat Ambyar. Lagu apapun yang dinyanyikan The God Father of Broken Heart selalu dibarengi penonton. Tak tanggung-tanggung, MC yang semula menyuruh mereka duduk akhirnya serentak berdiri hingga bubaran.

Ada Suket Teki, Banyu Langit, hingga lagu lawas Stasiun Balapan. Bahkan lagu Banyu Langit dinyanyikan dua kali. Satu versi campursarinya Didi, satunya versi jazz-nya KuaEtnika.

5. Butet yakin Djaduk pasti senang banget

KuaEtnika Tampil di Ngayogjazz 2019, Kendang Djaduk Jadi PemanisSeperangkat kendang yang biasa dimainkan almarhum Djaduk Ferianto bersama KuaEtnika dipajang di panggung Ngayogjazz 2019 di Kwagon, Sleman, 16 November 2019. IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Butet Kertaredjasa yang turut menonton aksi para musisi jazz di Panggung Gendheng naik ke panggung di sela aksi Didi Kempot. Ia merasa gembira atas yang ditampilkan Didi bersama teman-temannya.

“Djaduk pasti seneng banget. Kita mengantar Djaduk ke surga dengan kegembiraan,” kata Butet.

Dalam iman yang diyakini Djaduk, lanjut Butet, Yesus bangkit setelah tiga hari kematiannya.

“Malam ini Djaduk bangkit setelah tiga kematiannya. Terima kasih atas kegembiraan yang telah diciptakan bersama Mas Didi, Soimah, dan teman-teman yang telah membangkitkan Djaduk kembali,” kata Butet sembari merangkul Didi.

Bagi Butet, Ngayogjazz telah diberi pupuk yang luar biasa.

“Tidak ada alasan untuk Ngayogjazz berhenti,” kata Butet berpesan.

Malam kian larut. Jarum jam menunjuk angka satu malam menyudahi segenap prosesi di atas panggung itu.

Baca Juga: Malam Minggu ala Kwagon, Menikmati Ngayogjazz di Lahan Sawah

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya