Mengapa Permainan Dungeon and Dragons Kurang Populer di Indonesia?
Permainan role play yang mengandalkan imajinasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dungeon and Dragons (D&D) adalah role play fantasi yang cukup populer di seluruh dunia. Dalam permainan ini, pemain dapat menciptakan karakter mereka sendiri, menjelajahi dunia imajinatif, dan bertualang bersama teman-teman mereka. Umumnya permainan ini dimainkan dengan minimal tiga orang yang salah satunya harus menjadi Dungeon Master, orang yang memandu permainan sekaligus pencerita.
Dungeon and Dragons memiliki komunitas dan penggemar aktif di Indonesia. Namun, permainan ini memang tidak sepopuler di negara-negara lain terutama untuk anak muda. Apa alasan di balik kurangnya peminat di Indonesia? Mari kita bahas lebih lanjut.
1. Asal usul permainan D&D
Permainan D&D berasal dari permainan perang napoleonics yang dimainkan oleh Gary Gygax dan Dave Arneson pada tahun 1970-an. Mereka ingin membuat permainan yang lebih fokus pada karakter individual daripada unit militer, dan menambahkan unsur-unsur fantasi dari novel-novel seperti The Lord of the Rings dan Conan the Barbarian.
Mereka terinspirasi oleh permainan papan kuno seperti Senet dan Chess, yang menggunakan dadu dan pion untuk menentukan hasil dari berbagai situasi. Pada tahun 1974, Gygax dan Arneson menerbitkan permainan mereka dengan nama Dungeons and Dragons, yang menjadi role play pertama yang dikomersialkan. Permainan ini terus berkembang hingga memiliki panduan yang lebih kompleks dan lengkap.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.