Mengenal Parosmia, Gangguan Penciuman yang Jadi Gejala Baru COVID-19

Parosmia membuat penderitanya mencium aroma secara berbeda

Sleman, IDN Times - Gejala yang dialami pasien COVID-19 sangatlah beragam. Mulai dari sakit tenggorokan, batuk, bersin, kehilangan indra penciuman dan perasa hingga kesulitan bernapas. Salah satu gejala COVID-19 yang harus diwaspadai adalah gangguan penciuman, di mana seseorang merasa mencium aroma secara berbeda dari yang seharusnya.

Dokter Spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan dan Kepala Leher (THT-KL) Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr. Anton Sony Wibowo mengatakan, gejala membau secara berbeda ini merupakan parosmia.

"Pasien dengan parosmia mempersepsikan bau yang tidak sesuai dengan kenyataannya," ungkapnya pada Senin (4/1/2021).

Baca Juga: Ini Pemicu dan Gejala Delirium pada Pasien COVID-19 Menurut Dokter UGM

1. Persepsi bau akibat parosmia beragam

Mengenal Parosmia, Gangguan Penciuman yang Jadi Gejala Baru COVID-19Pixabay/Free Photos

Anton menerangkan, persepi bau yang muncul akibat parosmia beragam. Seperti halnya seseorang yang membau bunga mawar, seharusnya bau yang muncul adalah harum. Namun, pasien mempersepsikan dengan bau yang lain seperti bau tidak enak atau bau lainnya.

"(Parosmia) berbeda dengan gangguan penciuman cacosmia yang membuat seseorang membau tidak enak secara terus menerus," katanya.

2. Di luar negeri, cukup banyak pasien mengalami parosmia

Mengenal Parosmia, Gangguan Penciuman yang Jadi Gejala Baru COVID-19freepik.com/karlyukav

Menurut Anton, pasien dengan gejala parosmia ini banyak dijumpai di luar negeri. Dari beberapa penelitian di luar negeri diketahui kemunculan parsomia cukup banyak berkisar antara 50-70 persen. Sementara di Indonesia penelitian terkait parosmia belum banyak dilakukan.

Anton menerangkan, parosmia dapat terjadi pada pasien COVID-19 akibat virus SARS-Cov2 memengaruhi jalur proses penciuman seseorang. Hal tersebut bisa dari reseptor saraf penciuman (saraf kranial 1), saraf penciuman, atau sampai dengan pusat persepsi saraf penciuman.  

"Selain akibat virus, kemunculan parosmia juga disebabkan oleh hal yang beragam. Beberapa diantaranya infeksi saluran pernapasan atas, cedera kepala, atau kelainan otak seperti tumor otak," katanya.

3. Gangguan penciuman pada pasien COVID-19 beragam

Mengenal Parosmia, Gangguan Penciuman yang Jadi Gejala Baru COVID-19Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Pada pasien COVID-19, sebenarnya gangguan penciuman bukan hanya hilangnya kemampuan membau atau anosmia yang telah muncul di awal pandemik dan kini parosmia. Anton mengungkapkan jika masih ada beberapa gangguan penciuman lain salah satunya hyposmia, yang berupa menurunnya kemampuan mendeteksi bau. Lalu, cacosmia yang menjadikan seseorang secara terus menerus mencium bau yang tidak menyenangkan.

"Pada infeksi COVID-19 terdapat gangguan penciuman atau yang dikenal dengan dysosmia yang bisa berupa anosmia, parosmia, hyposmia maupun cacosmia," paparnya.

Baca Juga: Bermutasi Lebih Cepat, 5 Fakta Virus Corona Baru di Inggris 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya