Suka Menimbun Barang Bekas? Ini 6 Fakta Menarik Hoarding Disorder

Ruangan penuh sesak oleh barang-barang yang tak terpakai

Menyimpan barang berharga itu wajar. Namun, kalau sampai kesulitan membuang barang hingga sebagian besar ruangan sesak oleh barang bekas sampai susah bergerak di rumah, kamu harus mewaspadai hoarding disorder.

Hoarding disorder dikategorikan ke dalam gangguan kesehatan mental. Gangguan ini cukup mengkhawatirkan, bahkan sampai dibuat serial reality TV-nya, lo! Pernah nonton? Sempat viral juga beberapa unggahan di media sosial yang menggambarkan kamar kos penuh barang dan kotor.

Tanpa berpanjang-panjang lagi, yuk, intip beberapa fakta tetang hoarding disorder berikut ini!

1. Hoarding disorder beda dengan kolektor

Suka Menimbun Barang Bekas? Ini 6 Fakta Menarik Hoarding Disorderilustrasi hoarding disorder (unsplash.com/Onur Bahçıvancılar)

Berbeda dengan kolektor yang juga suka mengumpulkan barang tertentu (seperti prangko, uang kuno, karya lukisan tertentu, dan sebagainya), hoarding disorder merupakan "hobi" menimbun barang yang bagi orang lain sebetulnya barang-barang tersebut tak lagi memiliki nilai guna, bahkan terlihat seperti sampah.

Menurut American Psychiatric Association (APA), orang dengan gangguan ini mengalami kesulitan untuk menyingkirkan atau berpisah dengan harta bendanya, hingga menyebabkan kekacauan dalam hidupnya.

Laporan dalam Journal of Front Psychiatry (2017) menyebutkan bahwa masalah kesehatan mental ini menyerang sekitar 2–5 persen populasi.

Dalam banyak kasus, hoarding disorder lebih banyak terjadi pada laki-laki ketimbang perempuan, serta lebih sering dialami oleh orang dewasa berusia antara 55–94 tahun dibandingkan dengan rentang usia dewasa yang lebih muda.

2. Penderita memiliki ikatan khusus terhadap barang-barang miliknya

Suka Menimbun Barang Bekas? Ini 6 Fakta Menarik Hoarding Disorderilustrasi hoarding (unsplash.com/Pawel Czerwinski)

Orang-orang dengan hoarding disorder menyimpan barang-barang secara acak dan diletakkan sembarangan di berbagai ruangan di rumah.

Dalam kebanyakan kasus, mereka merasa barang-barang yang disimpannya itu memiliki nilai sentimental dan/atau berpikir bahwa barang-barang tersebut akan berguna di kemudian hari.

Bahkan, sebagian dari mereka melaporkan bahwa hidupnya lebih tenang dan aman dengan dikelilingi benda-benda tersebut.

Saking banyaknya barang yang disimpan, mereka dan orang-orang di sekitarnya akan kesulitan untuk bergerak di antara tumpukan barang-barang tersebut. Belum lagi rumah jadi sulit untuk dibersihkan, sehingga lama-lama dapat mengancam kesehatan fisik.

Baca Juga: 5 Bukti Kurangi Konsumsi Media Sosial Baik untuk Kesehatan Mental

3. Tak hanya menyimpan barang, tetapi juga bisa hewan

Suka Menimbun Barang Bekas? Ini 6 Fakta Menarik Hoarding Disorderunsplash.com/Jametlene Reskp

Dilansir Anxiety and Depression Association of America (ADAA), hoarding disorder bukan cuma senang menimbun barang, tetapi juga hewan. Bahkan, dilaporkan bahwa tak kurang dari 250 ribu hewan terdampak dari animal hoarding ini setiap tahunnya.

Ulasan Karen L. Cassiday, PhD, dari Anxiety Treatment Center, Amerika Serikat, di laman ADAA menyebut, penderita gangguan ini menganggap dengan memelihara banyak hewan, bahkan hingga ratusan, mereka mampu merawat dan menyelamatkan hewan-hewan tersebut. Namun, kenyataannya hewan-hewan tersebut terabaikan dan tidak terawat dengan baik.

Sebagian besar hewan akan menjadi korban dari "niat baik" yang berakhir dalam keadaan menyedihkan.

Gangguan ini menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi hewan dan juga pemiliknya, karena mereka akan terasing dari kehidupan sosial.

4. Indikasi bisa muncul di rentang usia remaja

Suka Menimbun Barang Bekas? Ini 6 Fakta Menarik Hoarding Disorderunsplash.com/Gaelle Marcel

Menurut penelitian, indikasi hoarding disorder bisa terlihat di tingkat subklinis pada usia remaja awal atau belasan tahun. Dampak dari gangguan ini bisa bertambah buruk seiring dengan pertambahan usia.

Lebih lanjut lagi, dikatakan bahwa hoarding disorder akan makin jelas pada usia dewasa akhir atau paruh baya. Faktor yang memengaruhinya bisa berasal dari kepribadian, riwayat keluarga, hingga pengalaman hidup yang penuh tekanan. Ini juga termasuk pengalaman menyedihkan seperti kehilangan orang tercinta atau peristiwa traumatis lainnya.

Menurut ADAA, gejala yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Tidak mampu membuang barang.
  • Rasa cemas yang parah bila ingin membuang suatu barang.
  • Sulit mengategorikan atau mengatur benda-benda miliknya.
  • Tak bisa memutuskan tentang apa barang yang bisa disimpan atau di mana meletakkannya.
  • Ada perasaan sengsara, misalnya merasa kewalahan atau malu dengan barang-barang yang dimilikinya.
  • Curiga bila ada orang lain yang menyentuh barang miliknya.
  • Muncul pikiran dan tindakan obsesif, yakni takut barang-barang yang dimilikinya kurang, kehabisan, hilang, atau merasa akan membutuhkannya suatu hari nanti (misalnya dengan mengecek tempat sampah karena khawatir tak sengaja membuang barang yang dianggap berharga).
  • Gangguan fungsional, termasuk berkurangnya ruang di tempat tinggal, isolasi sosial, perselisihan keluarga atau perkawinan, kesulitan keuangan, dan bahaya kesehatan.

5. Belum diketahui pasti penyebabnya dan bisa menimbulkan beragam masalah

Suka Menimbun Barang Bekas? Ini 6 Fakta Menarik Hoarding Disorderilustrasi depresi (unsplash.com/Fernando @cferdo)

Mengutip dari Mayo Clinic, penyebab pasti hoarding disorder belum diketahui, sehingga sulit untuk menemukan cara untuk mencegahnya. Namun, seperti banyak kondisi gangguan kesehatn mental lainnya, mendapatkan penanganan yang cepat sejak timbulnya gejala akan mampu mencegah gangguan makin parah.

Gangguan ini akan menimbulkan banyak masalah jika tidak ditangani secara serius. Sebuah artikel yang dipublikasikan oleh National Library of Medicine tahun 2017 menyatakan, hoarding disorder merupakan masalah klinis yang sulit untuk diobati.

Selain itu, gangguan biasanya diikuti oleh masalah kesehatan lainnya, seperti gangguan penglihatan, depresi, kegelisahan, hiperaktif, dan ketergantungan alkohol. Masalah seperti konflik keluarga, gangguan isolasi sosial, performa kerja, dan cedera juga mengintai.

Kegemaran menimbun barang ini juga bisa menjadi tanda kondisi yang mendasarinya, seperti obsessive compulsive disorder (OCD), jenis gangguan kecemasan lainnya, depresi, dan demensia.

6. Bagaimana jika kamu atau orang lain yang kamu kenal memiliki gangguan ini?

Suka Menimbun Barang Bekas? Ini 6 Fakta Menarik Hoarding Disorderilustrasi saling membantu (unsplash.com/Toa Heftiba)

Jangan ragu atau ajak orang tersebut secara baik-baik untuk berkonsultasi dengan ahli kesehatan jiwa atau psikiater. Nantinya, dokter akan melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan, khususnya untuk mengetahui seberapa besar dampak hoarding disorder terhadap kualitas hidup orang tersebut.

Pilihan penanganannya bisa dengan terapi perilaku kognitif. Dalam kasus tertentu, bisa juga diresepkan obat-obatan, misalnya obat antidepresan, sesuai dengan kondisi yang mendasarinya.

Walau sepintas tampak unik atau bikin heran, tetapi hoarding disorder bisa mengganggu kualitas hidup dan kesehatan penderitanya, baik fisik maupun mental. Maka dari itu, konsultasi dengan spesialis kejiwaan adalah langkah yang tepat. Jangan malah diejek, dimarahi, atau ditertawakan!

Baca Juga: Awas, Ini 7 Tanda Kamu Terkena Gangguan Mental Akibat Media Sosial

It's Me, Sire Photo Verified Writer It's Me, Sire

A dusk chaser who loves to shout in the silence..

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Delvia Y Oktaviani
  • Bayu Nur Seto

Berita Terkini Lainnya