50 Tahun Mbah Tumi Setia Membuat Minyak Klentik dari Kelapa

Jadi alternatif pengganti minyak goreng

Gunungkidul, IDN Times - ‎Harga minyak goreng masih tinggi di pasaran. Konsumen mesti menebus Rp18 ribu hingga Rp20 ribu untuk setiap liternya. Apalagi, komoditas ini juga sering kali susah ditemui.

Namun, hal ini tak membuat pusing Mbah Tumi, warga Padukuhan Gedangsari, Kalurahan Baleharjo, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Sebab, nenek berusia 70 tahun ini telah menekuni profesi sebagai pembuat minyak klentik (minyak goreng dari kelapa) selama sekitar 50 tahun.

Baca Juga: Kenalan, Kampung Kusir Andong dan Penghasil Kuda Mahal di Bantul

1. Usia membuatnya tak seproduktif dulu‎

50 Tahun Mbah Tumi Setia Membuat Minyak Klentik dari Kelapailustrasi kelapa dan kelapa parut (unsplash.com/louishansel)

Mbah Tumi mengaku, kondisinya yang semakin tua membuatnya tak bisa seproduktif kala masih muda. Pembuatan minyak klentik ini pun kini tak setiap hari dilakoninya.

"Ya kalau sekarang kadang sehari, kadang dua hari sekali baru membuat minyak klentik. Saat masih muda dan suami masih hidup dalam sehari bisa menghabiskan 1.000 butir kelapa untuk membuat minyak klentik hanya dalam waktu dua minggu," ungkapnya pada Kamis (24/2/2022).

Saat ini, Mbah Tumi hanya menghabiskan sekitar 50 butir kelapa dalam sekali produksi. Dari jumlah tersebut, ia bisa menghasilkan tiga liter minyak klentik.

"Ya karena hanya sendiri, tidak banyak menghabiskan kelapa," katanya.

2. Proses pembuatan butuh waktu lama dan melelahkan‎

50 Tahun Mbah Tumi Setia Membuat Minyak Klentik dari KelapaMbah Tumi sudah 50 tahun membuat minyak goreng dari kelapa.(IDN Times/Daruwaskita)

Untuk memproses kelapa menjadi menjadi minyak klentik butuh waktu yang cukup lama dan melelahkan. Jika proses pembuatan dimulai pukul 07.00 WIB, Mbah Tumi baru selesai pukul 15.00 WIB, bahkan bisa sampai pukul 18.00 WIB jika ia mengolah hingga 100 butir kelapa.

"Memang prosesnya lama dan terkadang melelahkan," ungkapnya.

Untuk membuat minyak klentik, kelapa yang sudah dibersihkan batok kelapanya kemudian diparut dan diambil santannya. Selanjutnya santan dimasak dengan api yang secukupnya kemudian diaduk terus menerus hingga menjadi blondo.

Kemudian blondo diperas menggunakan kain kemudian didapatkan minyak klentik dan juga blondo-nya.

"Saat suami saya masih hidup untuk memarut kelapa dibantu suami dengan menggunakan alat mesin memarut kepala. Kalau sekarang dibantu anak," ungkapnya.‎ 

Ia juga mengaku masih menggunakan alat parut tradisional meski saat ini sudah ada mesin pemarut kelapa.

Baca Juga: 5 Manfaat Minyak Kelapa sebagai Alternatif Minyak Goreng

3. Minyak klentik ukuran 600 ml dijual Rp50 ribu‎

50 Tahun Mbah Tumi Setia Membuat Minyak Klentik dari KelapaIlustrasi minyak kelapa (unsplash.com/Tijana Drndarski)

Dari 50 butir kelapa yang diolah menjadi minyak klentik, Mbah Tumi bisa mendapatkan lima hingga enam botol ukuran 600 mililiter yang dijualnya Rp 50 ribu. Sedangkan yang berukuran 1,5 liter dijual Rp125 ribu perbotol. Sementara, blondo dijualnya Rp80 ribu per kilogram.

"Pelanggan minyak klentik dari warga terutama pegawai, selain itu banyak penjual bakmi yang membelinya. Sedangkan blondonya biasanya dibeli pedagang gudeg," ujarnya.

Tak hanya untuk memasak, minyak klentik oleh Mbah Tumi juga dikemas dalam plastik kecil-kecil dengan harga Rp8 ribu per kantong. Minyak klentik kemasan ini dititipkan kepada pedagang sayur.

"Pembeli biasanya menggunakan minyak klentik untuk minyak rambut," katanya.

Mbah Tumi mengaku menjual minyak klentik hasil olahannya di Pasar Argosari Wonosari. Ia biasa berangkat berjualan sejak pukul 03.00 WIB.

"Ya kalau beruntung pukul 07.00 WIB sudah habis terjual," ungkapnya.‎

Lebih jauh, Mbah Tumi mengatakan harga minyak goreng yang sedang tinggi tak terlalu berpengaruh terhadap minyak klentik yang dijualnya. Permintaan biasanya baru akan meningkat saat Idul Fitri, khususnya untuk blondo.

"Ya sekarang lakunya tanggal muda, biasanya pegawai yang beli. Kalau tanggal tua sepi," ungkapnya.

4. Tak selalu memakai minyak goreng dari kelapa untuk memasak‎

50 Tahun Mbah Tumi Setia Membuat Minyak Klentik dari KelapaMinyak klentik dari kelapa yang diproduksi oleh Mbah Tumi, warga Gunungkidul. (IDN Times/Daruwaskita)

Meski memproduksi sendiri minyak klentik, Mbah Tumi mengaku tidak selalu menggunakannya untuk memasak. Ia hanya memakai minyak klentik untuk menggoreng tempe, telur, atau bacem, yang tidak terlalu membutuhkan banyak minyak.

"Ya kalau mau menggoreng kerupuk pakai minyak klentik mau habis berapa liter," kelakarnya.

Baca Juga: Cerita Pemandu Desa Wisata Gamplong Alih Profesi Jadi Tukang Batu

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya